Harga Bitcoin (BTC) kembali membuat pasar kripto terkejut. Per hari Rabu, 10 September, nilai tukar Bitcoin melonjak tajam hingga menyentuh level tertinggi dalam dua bulan terakhir, di kisaran US$51.230 per BTC, atau sekitar Rp789 juta, dengan kurs tengah BI. Kenaikan ini menghasilkan berbagai reaksi, termasuk euforia para investor dan aksi jual mendadak, yang menyebabkan volatilitas tinggi sepanjang hari.
Apa yang menyebabkan harga Bitcoin naik tiba-tiba?
Saat ini, harga Bitcoin melonjak dalam waktu kurang dari 24 jam. Ini dianggap oleh beberapa analis sebagai hasil dari kombinasi variabel yang mendorong sentiment pasar.
Pertama, data inflasi AS yang menurun menunjukkan kemungkinan The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga rendah. Ini membuat aset berisiko seperti kripto kembali diminati.
Kedua, berita baik dari sektor institusi mendorong kepercayaan investor. Salah satu bank investasi terbesar di Eropa dilaporkan mulai menyertakan eksposur BTC dalam portofolio aset digital mereka.
Ketiga, ada peningkatan sinyal teknikal karena BTC berhasil menembus batas psikologis US$50.000, yang memicu aksi beli otomatis di sejumlah platform perdagangan besar.
Ferdy Mulyadi, analis kripto dari Indodax Institute, menyatakan, “Pasar sedang dalam fase sensitif. Setiap sinyal positif langsung direspons dengan cepat. Tapi, ini juga jadi ajang spekulasi cepat untuk investor ritel.”
Investor Mulai Banyak Menjual BTC
Alih-alih bertahan, kenaikan harga justru mendorong trader ritel untuk mengambil untung. Volume penjualan naik hampir 35% dalam dua jam setelah BTC menyentuh US$51.000, menurut data dari CoinMarketCap.
Ini membuat harga terkoreksi tipis kembali ke level US$49.880 di sore hari, meskipun koreksi ini dianggap wajar, beberapa investor pemula sempat panik dan menjual aset mereka terlalu cepat.
Seorang trader pemula dari Bandung bernama Dimas berkata, “Saya beli di Rp760 juta kemarin, begitu lihat naik langsung saya jual di Rp785 juta. Tapi 15 menit kemudian, harganya malah tembus Rp800 juta. Nyesel juga.”
Apa yang dikatakan analis?
Investor harus menghindari mengambil keputusan terlalu cepat, menurut analis dari berbagai platform. Pasar saat ini sangat tidak menentu, dan banyak variabel eksternal memengaruhi harga Bitcoin, termasuk:
Regulasi yang tidak pasti di Asia, terutama di China dan India
Pertumbuhan mata uang digital bank sentral (CBDC)
Volume pasar spot dan dominasi stablecoin seperti USDT dan USDC
“Jangan terburu-buru ikut arus FOMO. Naiknya cepat, tapi turunnya bisa lebih cepat lagi. Kalau tidak siap cut loss, jangan buru-buru masuk,” kata Yohannes Sugiarto, pakar aset digital dari Forum Blockchain Indonesia.
Bagaimana pengaruhnya terhadap Indonesia?
Sejak pagi, trafik pengguna telah melonjak tajam sebagai akibat dari kenaikan harga di bursa kripto lokal seperti Pintu dan Tokocrypto. Bahkan, karena banyaknya transaksi, eksekusi order kadang-kadang tertunda.
Meskipun regulator pasar fisik aset kripto di Indonesia, Bappebti, belum mengeluarkan pernyataan resmi, mereka sebelumnya menyatakan bahwa Bitcoin dan aset kripto masih dianggap sebagai komoditas dan bukan alat pembayaran. Orang-orang diminta untuk berhati-hati dan belajar tentang keuangan sebelum melakukan apa pun.